findonews, Sudan – Setidaknya ada tujuh orang demonstran terbunuh di Sudan dan lebih dari 180 lainnya terluka ketika puluhan ribu orang turun kejalan untuk menekan militer yang berkuasa menyerahkan kekuasaan ke pemerintah yang dipimpin oleh warga sipil.
Seperti yang dilansir Aljazeera, demonstrasi massa yang terjadi pada hari Minggu adalah yang pertama sejak pasukan militer pada 3 Juni menewaskan lebih dari 100 orang selama pembubaran berdarah kamp protes di luar markas militer yang menuntut demokrasi.
Kantor berita pemerintah SUNA melaporkan pada hari Minggu malam bahwa jumlah kematian meningkat menjadi tujuh dengan 181 terluka. Komite Sentral Dokter Sudan yang terkait dengan gerakan protes sebelumnya mengatakan, stidaknya lima warga sipil telah tewas.
“Ada beberapa yang terluka serius oleh peluru-peluru milisi dewan militer di rumah sakit-rumah sakit ibukota dan provinsi-provinsi” katanya menambahkan.
Sebelumnya pada hari itu, laporan mengatakan seorang pemrotes telah ditembak mati di Atbara, tempat kelahiran pemberontakan yang menyebabkan pemindahan al-Bashir.
“Hari ini telah menjadi hari yang mulia di Sudan, tidak hanya karena banyaknya orang yang berpartisipasi dalam protes, tetapi juga karena komitmen mereka yang tak pernah gagal terhadap perlawanan tanpa kekerasan,” Asosiasi Profesional Sudan, organisasi protes terkemuka menulis dalam sebuah cuitan.
Demonstrasi itu terjadi ketika Uni Afrika (AU) dan tetangganya Ethiopia meningkatkan upaya untuk menengahi krisis yang sedang berlangsung antara demonstran dan TMC, yang merebut kekuasaan pada bulan April ketika menggulingkan Presiden lama Omar al-Bashir.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuntut TMC untuk menjamin keselamatan demonstran, tetapi pada hari Sabtu, para jenderal yang berkuasa memperingatkan bahwa mereka akan meminta gerakan protes bertanggung jawab atas kematian atau kerusakan.
Ketua Umum RSF Mohamed Hamdan Dagalo pada hari Sabtu memperingatkan tidak akan mentolerir vandalisme pada protes. “Ada pengacau, ada orang yang memiliki agenda, agenda tersembunyi, kami tidak ingin masalah,” kata Dagalo, yang dikenal luas sebagai Hemeti dan juga wakil kepala TMC.